Dari Becak Tua, Membuahkan Grosir

ecak Merek Honda yang memotivasi Uda tetap semangat dan mengingat, betapa kerasnya perjuangan.

Semangat tanpa henti, itulah yang pantas disematkan kepada seorang warga di Kepenghuluan Labuhan Tangga Hilir Kecamatan Bangko, Rokan Hilir. Masyarakat disana memanggilnya "Uda", sebutan untuk Suku Minang, yang berarti punya semangat berdagang.

"Uda, uda, mau belanja," teriak seorang pembeli di luar grosir tiga pintu di jalan Lintas Batu 8 itu, padahal hari masih pagi, sekitar pukul 06.00 Wib.

"Ya, ya, sebentar ya, dibukakan dulu pintunya," jawab Uda dari dalam kedainya yang berpalang sebuah kayu panjang sebagai kuncinya, dan pintunya terbuat dari kayu juga.

Setelah pintu terbuka, sang pembeli langsung memborong sejumlah barang dagangan. Pembeli ini seorang pedagang kecil juga didalam sebuah gang dengan radius satu kilo meter dari grosir Uda yang diberinya nama "Grosir Ragam 666".

Pagi itu, Uda langsung melayani pembeli, setelah dipilih, sejumlah barang discan barkodenya. Ternyata grosir yang berjarak 8 KM dari Kota Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir Riau ini telah menerapkan manajemen seperti waralaba, pakai scan.

Pagi itu, dua karyawan shif Pukul 07.00 Wib sampai 14.00 Wib belum datang. Karena memang jadwalnya masuk pukul 07.00 Wib, sedangkan shif kedua pukul 14.00 Wib sampai 21.00 Wib.

Satu-satu pembeli datang, makin lama makin ramai, bahkan, ketika pukul 07.00 Wib, ketika dua karyawannya datang, pembeli sudah antri dikasir, sungguh sebuah pemandangan yang spektakuler dalam dunia bisnis grosir, dengan daya tarik yang cukup mantap.

Sebenarnya, apakah grosir yang tergolong Usaha Menengah (UM) tersebut langsung berdiri dan terisi?. Hipotesis sementara, tentu tidak.

Uda. Pada awalnya membuka usaha cafe di pinggir Sungai Rokan. Cafenya bernama "Cafe Kapal". Pada awal berdiri, cafe ini cukup ramai pelanggan. Namun ketika terjadi sejumlah pegawai honorer dirumahkan, mencapai ribuan orang, cafe ini berangsur-angsur sepi. "Bahkan satu hari, tidak ada sama sekali yang datang", Udah mengisahkan.

Disaat ada cafe ini, untuk mempermudah belanja barang kebutuhan cafe ke pasar, Uda membeli becak dari seorang pemilik Grosir Indomar di Jalan Mawar Bagansiapiapi, bernama Akiong. Akiong menjual becaknya, karena dia mau membeli becak baru. Becak itu bermerk Honda.

Seiring berjalannya waktu, cafe semakin mundur, Uda mulai memutar otak untuk mencari alternatif lain. Maka, dia berniat membuat sebuah tempat usaha di jalan lintas Bagansiapiapi, tepatnya di Batu 8.

Pembuatan bangunan di Batu 8 dimulai, namun hanya dari kayu, cukup lebar, tiga pintu. Rencananya mau buka usaha apa? dia sendiri belum tahu.

Karena tidak ada modal, dia hanya menjual beberapa buah pop mie yang diletakkan diatas meja rendah dibagian teras bangunannya tersebut, dia berharap, ada pengendara mobil yang lapar membeli pop mie dan makan serta minum teh. Ternyata berhari-hari ditunggu, hasilnya sangat memprihatinkan, kondisinya lebih parah dari Cafe Kapal.

Bolak balik dari kedai di Batu 8 ke Cafe Kapal masih rutin dilakukan, jaraknya lebih kurang dua kilometer, melewati sejumlah Pedagang Kali Lima (PKL) Pinggir Laut, sekitar Komplek Perkantoran Pemkab Rokan Hilir, Uda selalu berinteraksi dengan sejumlah PKL disana.

Dari hasil cengkerama, sejumlah PKL meminta agar Uda bisa mengisi dagangan mereka ketika tahun baru. Tentunya diisi dulu barangnya, nanti setelah helat tahun baru, PKL tersebut membayar. Tawaran tersebut disanggupi.

Lalu modal awal dari mana?. Otak Uda kembali berpikir. Dan akhirnya, hasil komunikasi dengan kakak ipar, dia bersedia menjual gelangnya untuk dipinjamkan sebagai modal.

Modal awalnya yang didapat ketika itu sekitar Rp8.000.000. Sementara, barang PKL yang mau diisi sangat banyak. Maka menggunakan becak, Uda berbelanja kepada sejumlah agen di Bagansiapiapi, lalu mengangkutnya ke PKL Batu 6 serta ke kedai Batu 8.

Satu persatu kebutuhan PKL terpenuhi dengan sistem dihutangkan. Mereka paling banyak butuh minuman seperti fanta, sprite, teh botol serta minuman saset.

Dan tibalah hari keberuntungan itu. Disaat Uda berbelanja dan sibuk menyusun barang diatas becaknya, dia dihampiri seorang toke besar di bilangan Jalan Sungai Garam Bagansiapiapi. "Apa mau barang?" tanya toke itu.

"Apa maksudnya bos?." Uda bertanya kembali.

"Kalau abang mau, biar saya isi barang di kedai abang, tak perlu pakai uang muka, nanti abang angsur saja, kami antar, abang tak repot-repot lagi pakai becak belanja," tawar toke itu dengan instingnya.

Tawaran itu tak ditolak, dan akhirnya, karyawan toke itu menelpon, meminta agar Uda SMS-kan barang yang mau dipesan, nanti ada mobil box yang mengantarkannya.

Sejumlah barang dipesan, makin hari, isi kedai Uda di Batu 8 semakin penuh, sehingga dia memberi nama Grosir Ragam 666, nama yang diusulkan oleh seorang anaknya. Bahkan, didalam grosir itu, tumpukan barang, mulai dari beras dan lainnya, mulai menggunung.

Otomatis becak yang biasanya digunakan untuk membeli barang ke kota, sekitar 16 KM bolak balik sudah kurang berjalan. Melainkan becak, digunakan untuk mengantar pesanan pelanggan yang belanjaanya agak banyak.

Bagitulah setiap harinya, grosir Uda buka pukul 07.00 Wib dan tutup pukul 21.00 Wib, terus dipadati pelanggan. namun pas azan magrib, Uda memang menutup grosirnya untuk salat dan makan.

Banyak masyarakat yang heran, mengapa magnet grosir Uda begitu kuat menarik pelanggan. Lalu apa tipnya. "Kita jangan pernah menyerah. Dan jangan sekali-kali melupakan sesuatu yang telah berjasa kepada kita, kalau saya salah satunya yang tak akan pernah saya lupakan, jasa becak ini. Dan jadilah orang jujur, karena jujur modal untuk mendapat kepercayaan, ingat, rekan bisnis kita biasanya punya intuisi atau bisa menyelami jiwa kita, terakhir, kalau mau mengambil untung, ambillah sewajarnya," ujar Uda mengakhiri. (Redaksi/Noprio Sandi)

TERKAIT